(Puisi-Puisi Anggota Forum Literasi Santri (Frasa) PP. Annuqayah Lubangsa Putri)
Madah Negeri Asap
kami tahu yang menyeramkan langit
tiadalah disebabkan ketekunan uap
bara puisi jiwa-jiwa kami
yang senyala garang matahari
setitik demi setitik percik api
menikam ubun-ubun,
memusar raga hutan
halaman sekolah dan rumah
diaduk-aduk kabut,
dilambai-lambai sansai
tinggal sebidang tanah
berkuntum kembang-kembang asa
meriap semerbaknya.
pabila gerumbul kabut itu ricuh,
hendak pecah ke singapura,
ke malaysia atau tingkap-tingkap
negara sebelah
selalu luka dada kami
sebab berbagi bukanlah dengan gelegak perih
hanya ke dalam puisi
nyeri kesiur hati
bernyanyi-nyanyi lirih
“maafkan kami, maafkan kami”
LK, 08 September 2019
Ibna Asnawi, lahir di Sumenep, 07 November 1996. Sedang mengaji di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Dapat ditemui di: Ibna Asnawi (Facebook) dan ibnaasnawi@gmail.com
Di Riau
Udara yang putih
Sesak di mata
Perih di dada
Riau di kepala
Kabut di angkasa
Pada doa-doa
Segeralah sampai
Damailah Riau.
Annuqayah, 08 September 2019
Ulfade, lahir di Sumenep dengan nama Maria ulfa, 19 september 2001, santri PP.Annuqayah Lubangsa Putri, merupakan mahasiswi Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA). Aktif di Forum Literasi Santri (Frasa) Kompas PASRA, PMII angkatan GARUDA, LPM Dinamika. Bisa di temui di Ulfachocolate3@gmail.com dan Ulfade (facebook).
Riau, Semoga
Indonesia satu dalam semboyannya
Satu tubuh dengan seperangkat luka yang menyekujur
Aku ingin menjadi mulut dari tubuh itu
Satu bagian saja terluka, aku yang menjerit mengaduhkan
Agar segala mendengar
Dan untuk Riau, yang barangkali organ dalam tubuhmu
Aku adukan kau pada Tuhan di sepertiga malamku.
Annuqayah, 7 September 2019
Teruntuk Riau
Tuhan mengecupku di kening mimpiku
Ia bertanya; adakah aku ingin sesuatu?
Aku tersenyum hingga kedua mataku menyipit haru
Kujawab; Tuhan, cakrawalaku dangkal
Jangan semakin kau tengggelamkan
Dengan menutup Riau
Lalu Tuhan kembali mengecupku.
Annuqayah, 8 September 2019
Qoiro Basyir, santri di PP. Annuqayah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep. Lahir di Sumenep pada tanggal yang sama dengan kelahiran Dewi sartika. Mahasiswa Ushuluddin Instika Guluk-guluk Sumenep. Sedang bergiat di Frasa Lubangsa Putri dan Ajmi Iksaputra. Dapat ditemuui di IG Qoirobasyir.
Kepada Riau
Riau,
Kabar duka terdengar
Hinggap ditelinga, mengendap dihati
Kami bersedih mendengar rintikmu
Kami berdoa melihat asap melayang-layang
;semoga tak terulang lagi
Mata kami basah mendengar letusan
Serupa suara paling nyaring ditelinga
Riau,
Tetaplah tenang
Sebab yang maha segalanya masih tentu mendengar pintamu
Annuqayah 2019
Di sana Kalian
Jika kami bahagia
Kalian di sana berduka
Kami di sini bertepuk tangan
Sedang kalian di sana berpangku tangan
Bersedih, merintih, hati kian getir
Cemas berkecapung dengan layang-layang asap
Bukan lagi petasan, emlainkan letusan
Gunung-gunung yang kalian dengar
Annuqayah 2019
Silvana Farhani, kelahiran Sumenep, 25 Oktober 2001 di sebuah Desa Panagan Gapura Sumenep. Salah satu siswa MA 1 Annuqayah Putri sekaligus nyantri di PP. Annuqayah Lubangsa Putri. anggota Forum Literasi Santri (FRASA), Kompas Gapura, Supernova Ikstida dan bisa dihubungi melalui surel farhanisilvana7@gmail.com
Nasib
Nyawa bumi di ujung tanduk
Menikam cinta membutakan harapan
Maut meraung mencekam keberanian
Inilah hasil dari ulah tangan
Tangan-tangan kotor tanpa kejujuran
Udara pagi, tak
Menghijau lagi di daun-daun mahkota pohon
Semua kabut kelabu
Meracuni hidung
Meringkuk ricuh dalam kalbu
Oh Tuhan,
Hidup mereka tak lagi tenang
Merasa terpenjara di tempat tinggal
Annuqayah, 7 September 2019
Duka pasti
Duka di bumi dan raut langit
Asap putih udara debu mematikan
Menitikkan air mata kekhawatiran
Hingga debu menjadi akhir
Dari semua yang masih ada
Atau malah mengalir
Lewat selaput darah?
Sedang manusia tak pernah tahu
Kapan bencana akan bertamu
Kemudian berlalu
Atau malah selalu
Dukanya duka pasti
Yang melipat mimpi
Dan cinta sejati
Annuqayah, 8 September 2019
Erliyana Muhsi, Santri Annuqayah Lubangsa Pi sekaligus Mahasiswa Prodi PIAUD INSTIKA, anggota aktif Frasa Lubangsa Putri, LPM Dinamika Instika, Alumni PP. Al-IN’AM dan PP. Darul Falah. Beralamat di: erliyanamuhsi@gmail.com
Angin
Kepulan asap, pekat nan gelap
Kerontang dan panas
Ayam jago merah gagah melahap
Habis tak bersisa
Siang hari macam malam hari
Mencipta tangis, melenyapkan tawa
Dan melelapkan tupai
Hingga tak tahu kapan ia
Akan membuka matanya kembali
Aku ingin berbagi tangis
Bersama angin do’a kukirim
Agar lekas terbebas
Dari kepulan asap panas
Dan tak merambat
Pada tanah rerantau itu
Anginku adalah
Akan segera menjadi anginmu
Annuqayah 08 September 2019
Duka Riau
Dukamu adalah dukaku
Sebab aku adalah saudaramu
Saudara kesatuan
Darah daging Indonesia
Izinkanku menjadi burung
Yang tiap hari berkicau
Berdo’a kepada Tuhan
Atas segala kesusahan
Agar segera dihilangkan
Izinkan pula kujadi angin
Ingin kutiup segala kabut kegelapan
Supaya engkau, saudaraku
Tentram serta damai
Mata jernih memandang
Hidung leluasa bernafas
Dan supaya lekas terbebas
Annuqayah 08 September 2019
Dee Kayisna. Lahir pada tanggal 22 Desember 2001 di Jember. Santri aktif Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura asal Jember. Berproses di Forum Literasi Santri (Frasa) Lubangsa Putri. Masih menjadi siswa MA 1 Annuqayah Putri jurusan Ilmu-Ilmu Keagamaan..
Duka Ia Asapnya
Banyaknya yang berduka
Sesepuhpun pundaknya berduka
Bocah-bocahpun meriak menangis
Asap apa yang tak pernah tebal?
Awan biru yang tak menampakkan dirinya
Hitam lumut yang menjadi lara
Segaris hujan pun tak pernah ada
Satu tetes pun tak ada
Duka adalah tetesan dari mata ia
Annuqayah, 7 September 2019
Asap Kabut
Tak pernah terhitung garis doa ditangannya
Semiris luka dikabut asap
Ia merantau namun sedihnya meriak di tanah sana
Selepas mengiya-iyakan tak terlepas dari teriakannya
Kaburnya tak menentu
Jika hitam adalah selimutnya
Waktu pun lelah menorehkan hujan tak kunjung datang
Annuqayah, 8 September 2019
Isfa Umamah, lahir di Grujugan Gapura Sumenep pada 03 Januari 2004. Siswi IPS MA 1 Annuqayah Putri Guluk-guluk. Santri aktif Lubangsa Putri. Bergiat di Frasa, Supernova Ikstida dan Kompas Pasra. Akun fb, dhee Fhamaa
Duka Riau Bukanlah Candu
Riau, hatiku pilu nan galau
Asap ini kian merantau
Dengan cuaca yang kemarau
Hutan pun tak berani untuk kembali bergurau
Sebab matahari yang panas serta silau
Menjadikan Riau tak lagi memukau
Masyarakatnya semakin parau
Karena suasana sangat kacau balau
Oh Riau,
Pintaku selalu keselamatan untuk engkau
Agar kita masih bisa bertemu dan kita tak lagi merindu
Annuqayah, 8 September 2019
Dhiah Joe, bernama asli Fardhiah Febriyani lahir di Pamekasan 28 Februari. Alumni SMP Negri 1 Pasean. Saat ini menempuh pendidikan di MA 1 Annuqayah Putri Jurusan Bahasa. Santri PPA Lubangsa Putri, bergiat di Frasa. Dapat dikontak melalui generasixwz18@gmail.com
Duka di Bulan Agustus
I
Angin yang berhembus dengan kecepatan tinggi
Kepulan asap yang berhambur ke segala arah
Korban pun tergeletak di mana-mana
II
Kami adalah batu yang tak bisa membantu
Tubuh kami beku
Saat bisikan burung semakin mengeras
Doa dan air mata yang menjadi saksi bisu
III
Duka di bulan agustus kemarin
Mengajari kami fananya kehidupan
Yang tak akan pernah terlupakan
Ini puisi, bukan curhatan dan bukan kesaksian
Mila Kamila, Lahir di Sumenep. Menempuh pendidikan di MA 1 Annuqayah Putri Jurusan Ilmu Budaya dan Bahasa. Santri PPA Lubangsa Putri, bergiat di Frasa dan Alif senansa Ikstida.
Duka Beribu Mata
I
Asap mengepul menjalar
Ke udara
Keresahan timbul dalam jiwa
Beribu-ribu mata mulai berkaca-kaca
Dari barat ke timur
Dari selatan ke utara
Semua orang mulai resah
II
Manusia hampa
Menimbulkan duka dan membekas
Di dalam dada
“ini ulah manusianya sendiri”
Kata seorang rakyat
Hingga rakyat yang lain
Menyerukan kata yang sama
Annuqayah, 8 September 2019
Duka Serantau
Ketika kisah baru muncul
Lalu menimbulkan duka
Yang larut,
“Ulah siapa Riau menjadi lara?”
Menjalar dan mengalir
Aku seperti mengambang
Dalam ingatan
Menanti secercah harapan
Demi negeri yang tenteram
Langit yang biru menjadi hitam pekat
“Ini ulah siapa?”
Annuqayah, 8 September 2019
Le LF, nama pena dari Lailiyatul Fitriyah. Lahir di desa Bungbaruh Kadur Pamekasan. Santri aktif PP. Annuqayah Lubangsa Putri. Bergiat di Forum Literasi Santri (Frasa), Sanggar al-Zalzalah Lubri, Sanggar Sareang. Jurusan Ilmu Bahasa dan Budaya MA 1 Annuqayah Putri.
Duka Lara
Asap pekat beribu duka
Menggeluti setiap titik api menyapa
Kabut asap membuat jarak pandang
Hilang tak terlihat
Akankah semua selamat dari asap menggumpal itu?
Dalam hati masih bertanya
Tentang pemuda yang tewas terbelalai
Menerpa deklarasi sang warga
Terlihat paradigma berfakta menyusuri
Ruang hidupnya
Annuqayah 08 September 2019
Tha Dita, Lahir di Pamekasan. Menempuh pendidikan di Madarasah Aliyah Annuqayah Putri dan mengaji di PP. Annuqayah Daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Bergiat di Forum Literasi Santri (Frasa).
Pulaumu Tak Terlepas dari Asap
Pulaumu berasap
Tak terlihat pemandangan indah
Yang berada di sana
Pulaumu penuh dengan asap
Yang di dalamnya banyak orang kesusahan
Pulaumu penuh dengan asap
Dan kalau ada yang menghirupnya terlalu banyak,
Akan membahayakan
Annuqayah, 8 September 2019
Di sana Makin Parah
Aktifitas tetap biasa
Tapi, bermacam masker yang
Dipakai itulah yang tidak biasa.
Dan itu wajib untuk masyarakatnya
Sekolah menjadi diliburkan
Dan anak-anak jadi
Ketinggalan pelajaran,
karena udara yang tak menyehatkan
sesuatu apapun hanya
seperti bayangan
Annuqayah, 8 September 2019
Fajriyatur Rahmah, lahir 26 Maret 2007 di Sumenep. Menempuh pendidikan di MTs 1 Annuqayah dan santri di PP. Annuqayah Daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Bergiat di Forum Literasi Santri (Frasa)